Pendahuluan
Senin Wage, tanggal 20 Mei 2013 diperingati hari Kebangkitan Nasional Ke 105, dengan tema "DENGAN SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL, KITA WUJUDKAN DEMOKRASI BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MENUJU INDONESIA YANG MAJU DAN MODERN DALAM BINGKAI NKRI".Sub tema :
"Dengan Semangat Demokrasi
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Kita Sukseskan Penyelenggaraan Pesta
Demokrasi yang Adil dan Beradab".
Sejarah
Untuk membangkitkan jiwa kebangsaan dan rasa harga diri yang kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, kaum terpelajar yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan (pemuda) Sutomo mulai menggerakkan para pemuda dan pelajar Indonesia untuk membentuk organisasi yang akan bergerak dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Untuk membangkitkan jiwa kebangsaan dan rasa harga diri yang kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, kaum terpelajar yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan (pemuda) Sutomo mulai menggerakkan para pemuda dan pelajar Indonesia untuk membentuk organisasi yang akan bergerak dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Salah seorang pelajar STOVIA yang
bernama Sutomo segera menghubungi kawan-kawannya untuk mendiskusikan mengenai
nasib bangsanya. Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan
kawan-kawannya di ruang kelas Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta
mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur).
Para pelajar yang aktif dalam
pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji, Muhammad Saleh, Mas Suwarno,
Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada akhir pidatonya, Sutomo
mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati
kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah
Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu disambut dengan tepuk
tangan yang amat meriah.
Budi Utomo setelah terbentuk, para
pengurus dan anggotanya segera mempropagandakan mengenai maksud dan tujuan
pembentukan organisasi tersebut kepada semua masyarakat, terutama kelompok
pelajar, pegawai, kaum priayi, dan pedagang kecil. Propaganda itu ternyata
mendapat sambutan hangat. Berita tentang pembentukan Budi Utomo akhirnya
tersiar juga lewat surat kabar sehingga diketahui oleh pelajar-pelajar di
berbagai kota. Akhirnya, para pelajar di kota-kota, seperti Yogyakarta,
Magelang, dan Probolinggo ikut mendirikan cabang-cabang Budi Utomo. Nama Sutomo
sebagai pendiri dan ketua umum Budi Utomo makin populer sekaligus
mengundang risiko besar.
Beberapa staf pengajar dan
pemerintah Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai pemberontak.
Sutomo diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi, kawan-kawannya
mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka akan ikut keluar
juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan oleh pemimpin
umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya tidak jadi
dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan pasti mendapat
tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap tegar.
Budi Utomo berkembang makin besar
sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan itu, mereka
mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin berkampanye
keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua pihak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober
1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan beberapa keputusan penting,
seperti:
- merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia;
- kedudukan pusat perkumpulan berada di Yogyakarta;
- menyusun kepengurusan dengan Ketua R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah);
- kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan
- wilayah gerakannya difokuskan di Jawa dan Madura
- BU tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Penyerahan pimpinan pusat organisasi
oleh Sutomo kepada kaum tua tersebut mempunyai tujuan strategis berikut:
- menghargai kaum tua yang lebih berpengalaman;
- mengajak kaum tua untuk ikut memikirkan dan memajukan pendidikan rakyat lewat Budi Utomo;
- Sutomo dan kawan-kawannya masih harus menyelesaikan pendidikannya lebih dahulu di STOVIA, Jakarta.
Pada tahun awal berkembangnya Budi
Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan rakyat yang ingin maju dan
tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka terhadap bangsanya. Tokoh-tokoh yang
pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara lain R.T. Tirtokusumo (1908–1991),
Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku Alam (1911–1914), R.Ng. Wedyodipura
atau Radjiman Wedyoningrat (1914–1915), dan R.M. Ario Surjo Suparto atau
Mangkunegoro VII (1915). Oleh karena pemimpin Budi Utomo umumnya berasal dari
kaum bangsawan, banyaklah dana yang disumbangkan untuk kemajuan pengajaran.
Dengan demikian, lahirlah badan
bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama Darma Wara. Hal inilah
yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak tahun 1908 hingga tahun 1915,
Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan budaya terutama pada bagian
pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi Utomo ikut terjun ke dunia
politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya pengaruh dari organisasi
pergerakan lain yang bercorak politik, seperti Indische Partij dan Sarekat
Islam.
Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah
untuk mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh golongan
pelajar pribumi. Kegiatan Budi Utomo dalam bidang politik, antara lain sebagai
berikut.
- Budi Utomo ikut duduk dalam komite Indie Weerbaar yang dikirim ke Negeri Belanda untuk membahas pertahanan Hindia Belanda pada tahun 1916–1917.
- Budi Utomo juga mengusulkan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagi penduduk pribumi, ketika wakilnya dalam Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) berangkat ke Negeri Belanda.
- Budi Utomo berpartisipasi dalam pembentukan Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad.
- Budi Utomo berpartisipasi aktif sebagai anggota Volksraad, bahkan menempati dua dalam hal jumlah anggota di antara anggota pribumi.
- Budi Utomo mencanangkan program politiknya berupa keinginan mewujudkan pemerintahan parlementer yang berasas kebangsaan.
- Pada tahun 1927, Budi Utomo memprakarsai dan bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
- Dokter Sutomo banyak mendirikan studieclub yang dalam praktiknya juga dapat membahas soal-soal politik. Pada tahun 1935 Indonesisch Studie Club di Surabaya bergabung dengan Sarekat Madura menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), kemudian PBI digabung dengan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Budi Utomo dalam bidang politik
meskipun kalah progresif jika dibandingkan dengan Sarekat Islam, Indische
Partij, dan PNI, tetaplah sebagai pembuka jalan dan pelopor Pergerakan Nasional
Indonesia. Karena peranan dan jasanya yang besar itulah, tanggal kelahiran Budi
Utomo, 20 Mei, ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan diperingati
setiap tahun oleh bangsa Indonesia (http://www.pustakasekolah.com/hari-kebangkitan-nasional.html)
2 komentar:
Sangat bermanfaat
Mantap bunda
Posting Komentar