Sabtu, 14 Maret 2009

BEDAH BUKU Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren Santri-santri Negarawan Majapahit sebelum Walisongo dan Babat Pondok Tegalsari


Judul buku : Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren
Santri-santri Negarawan Majapahit sebelum Walisongo dan
Babat Pondok Tegalsari
Penulis : Drs. Haris Daryono Ali Haji, SH, MM
Penerbit : Bagaskara Yogjakarta
Tahun : 2006
Jumlah Halaman : 285

Penulis berlatar belakang Birokrat yaitu staf ahli Bupati Tulungagung, karena terusik melihat tercecerannya peningalan sejarah nenek buyutnya dan mungkin juga nenek buyut kita yang tersebar disekitar daerah Jawa Timur, khususnya yang berkaitan dengan Raja-raja Majapahit yang bernama Brawijaya dan trah keturunannya telah memeluk agama Islam dan oleh penulis disebut santri-santri Negarawan Majapahit. Dalam penelitian sebelumnya nama Brawijaya sempat terjadi kekosongan, sehingga sulit untuk melacak sisilah berikutnya, dengan semangat yang tinggi penulis mengumpulkan bukti-bukti arkeologis dan kajian pustaka. ditemukan sisilah keberadaan tokoh Brawijaya I.


Penyebaran agama Islam kebumi Nusantara ada dua pendapat. Pendapat pertama agama Islam masuk ke Nusanatara sejak pada abab ke VII M . Pendapat ini didukung adanya berita China yang melaporkan bahwa Raja Ta-Shih meletakan kantung emas di kota Kalingga. Pendapat kedua agama Islam masuk pada abad ke XI M hingga XIII M, pendapat ini didukung oleh adanya batu bertulis Lobu Tua ( Barus) yang berangka tahun 1088, Kerajaan Perlak, Kerajaan Samodera Pasai.

Masuk agama Islam di Jawa Timur petunjuk antara lain: (1) makam Fatimah Binti Maimun berangka tahun 1082 di Leran (Gresik). (2) Arkeologis di Tralaya (Troloyo) ditemukan nisan muslim berangka tahun 1281 M , 1282 M dan (3) Batu nisan muslim Tralaya berangka tahun 1368 M, ini artinya apa bahwa pada masa Majapahit telah terdapat tokoh-tokoh/pejabat/bangsawan yang menganut agama Islam. Hal ini bersamaan dengan runtuhnya masa kejayaan Raja Hayam Wuruk (1350-1389).
Dari seting sejarah itu penulis menarik benang merah cikal bakal (pejabat/tokoh-tokoh/bangsawan) yang beragama Islam (Santri Majapahit) pada masa Majapahit dan keturunannya sebagai perintis pondok pesantren di Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.

Buku “Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren” didalamya menguraikan sisilah para Patih yang telah menjadi santri dan memeluk Agama Islam ditengah-tengah komunitas masyarakat yang beragama Hindu, Budha, dan ada tambah pemeluk kepercayaan (pada waktu dimungkin ada aliran kepercayaan di Jawa, buktinya Punden, tradisi nyekar), tokoh terakhir menurut buku tersebut setelah Kerajaan Majapahit surut adalah Abdul Mursyad sebagai putra dari Raden Demang atau Adipati Panular III

Abdul Mursyad mempunyai putra bernama Kyai Ageng Anom Besari, Kyai Ageng Anom Besari mempunyai tiga anak laki-laki yaitu (1) Kyai Ketib Anom Besari, di Srigading Kalangbret Tulungagung, (2) Kyai Ageng Mochamad Besari, di Tegalsari, Ponorogo, dan (3) Kyai Noer Sodiq, di Tegalsari, Ponorogo. Dan berturut-turut sebagai berikut: Kyai Ageng Mochamad Besari, Kyai Ageng Ilyas, Kyai Ageng Kasan Yahya, Kyai Ageng Kasan Besari II, Kyai Ageng Kasan Anom I, Kyai Ageng Kasan Chalifah, Kyai Ageng Kasan Anom II, Kyai Ageng Kasan Anom III, Kyai Ageng Kasan Ismangil, Kyai Ageng Kasan Ngalim, Kyai Ageng Raden Achmad Amin Adikusumo, dan yang terakhir Kyai Ageng Alyunani, begitulah pemangku pnodek Tegalsari dan berakhir tahun pada tahun 1963 setelah Besilt dari Kasunanan Kartasura di cabut.

Penulisan “Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren” masih ada sedikit pertanyaan yang mengusik hati ini antara lain: mengapa candi, petilasan diseluruh Pulau Jawa terkubur pasir, apa yang terjadi pada jaman itu terjadi letusan gunung-gunung, atau sengaja dikubur dan ada sedikit kesalah cetak misal aunora ( maksudnya apa aura), imbrio (apa embrio), akan tetapi pada umumya menarik untuk dibaca dan dijadi bahan rujukan dan mudah-mudahan tulisan Haris Daryono Ali Haji menggugah kawula muda, guru, pemerhati sejarah, kebudayaan lokal, semisal di Kabupaten Tulungagung ditelusuri jejak sejarah pondok pesantren yang didirikan oleh Putra Kyai Ageng Anom Besari, yaitu Kyai Ketib Anom Besari (putra 1).
Bedah Buku: pada tanggal 12 Maret 2009) SEMOGA AYO TETAP BELAJAR

8 komentar:

Anonim mengatakan...

sayngnya saya tidak bisa ikut,karena saya nyantrinya dibanjarbaru,kalsel...

salam kenal :D

Dyah mengatakan...

Assalamu'alaikum ...
Terima kasih atas kunjungan diblog ini .... tidak usah ikut bedah buku di Tulungagung kan dah ada sekelumit informasi dr blog ini
Bagaimana nyantrinya dah hampir katam lum ...
n pondok pesantren apa ? kudoakan sukses
Wasalam

Study For a Better Life mengatakan...

thank ma for your attention i hope u will be successfull

Dyah mengatakan...

Inggih pak guru, dawah sami-sami
Matur nuwun sampun purun mampir dateng blog kula

cara mengobati orang yang sakit gila mengatakan...

1939 hasan suaminya fatimah di beri gelar assegaf.saat fatimah dan hasan nikah di kota bogor masuk korn di indonesia dan arab serta di filmkan.lalu mereka pindah ke palembang sumatra.5 tahun kemudian hasan tewas dalam peristiwa perampokan.harta fatimah juga di bekukan jepang.tapi 2,5 tahun setelah hasan wafat,ada orang yang mengaku sebagai hasan.lalu di sahihkan secara sepihak oleh keluarga hasan.tapi fatimah tidak.fatimah malah lari dari rumah selama 25 tahun lebih.ayahnyapun wafat di rumahnya di arab tanpaberhasil menemui fatimah.tapi setelah ayah fatimah wafat,semua sanak saudara hasan mengaku ngaku sebagai habib.dengan gelar assegaf.
assegaf musti di bubarkan..dari keturunanya fatimah...
awanabdulherma@ymail.com

Anonim mengatakan...

Bu...masih adakah buku tsb. kalo masih gmn cara saya mendapatkannya, kayaknya menarik utk d baca, kebetulan saya jg asli ponorogo

auliya mengatakan...

Bu...masih adakah buku tsb. kalo masih gmn cara saya mendapatkannya, kayaknya menarik utk d baca, kebetulan saya jg asli ponorogo

Unknown mengatakan...

Mohon bisa kirim buku ini